Jabartrend.id, Bandung – Guna mengembangkan bakat anak dalam dunia fantasi digital, khususnya dunia game, kini telah berkembang pesat seiring berkembangnya jaman. Tak dipungkiri, kini game manjadi sebuah hiburan bagi anak-anak dan remaja.
Hal itu terlihat dari terbentuknya ekosistem maupun jumlah pemain terutama para pelajar yang makin banyak.
Pada 2022, tercatat ada 60 juta orang bermain game daring dari berbagai usia mulai dari anak-anak hingga remaja, tak terkecuali pelajar di Indonesia. Sedangkan, di Jawa Barat sendiri terdapat sekitar 10 persen dari angka nasional atau sekitar 6 juta orang yang bermain game daring.
Dengan berkembangnya game di Kota Bandung, Head of Business Development, Esports and Community Garena Indonesia, Wijaya Nugroho menilai, para orang tua, guru, dan sekolah harus mengambil peran untuk mengedukasi para pemain game daring di kalangan pelajar, agar game ini menjadi hal positif.
“Makanya kami adakan Garena Good Game ini yang pertama kali, pilot project (percontohan) dari kami. Jadi kami juga bisa terus menjaga ekosistem gaming yang aman, nyaman, dan juga sangat seru ini,” kata Wijaya di Pusdikhubad, Kota Cimahi, Selasa (17/6/2025) siang.
Seperti halnya pelajar di SMK Pusdikhubad Cimahi, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi pemain game daring secara profesional. Mengingat, beberapa dari mereka berulang kali lolos ke jenjang regional Garena Youth Championship (GYC) maupun Liga Pelajar.
Namun, dalam tahapan untuk mengikuti kejuaraan, para siswa ini diharuskan menyertakan nilai akademiknya sebagai salah satu persyaratan. Untuk itu, pihaknya ingin pemain game daring ini bisa menyalurkan hobi tanpa mengesampingkan kewajiban belajar.
“Tahun ini kami ada kejuaraan lagi, kerja sama dengan Universitas Ciputra. Kami beri beasiswa kuliah sampai lulus untuk juaranya. Kami ingin menjaga keseimbangan antara akademik dan hobi,” tegas Wijaya.
Sementara, Kepala SMK Pusdikhubad Cimahi, Budi Laswardi mengaku jika saat ini pihaknya memfasilitasi pelajar untuk mengembangkan hobi mereka melalui ekstrakurikuler. Sehingga, ketika para pelajar ini bermain game daring, para pengajar ekstrakurikuler itu juga bisa memberikan edukasi dan mengatur porsi.
“Sejak dua tahun lalu kami sudah ada ekstrakurikuler e-Sport. Alhamdulillah beberapa siswa yang ikut jadi juara. Kami selalu ingatkan bagaimana bermain yang tidak lupa dengan waktu,” kata budi.
Di samping itu, salah satu Pelajar Kelas 11 Teknik Mekatronika SMK Pusdikhubad Cimahi, Tri Haryanto mengaku, saat menyalurkan hobi dengan bermain game daring, ia bisa belajar mengatur strategi. Dalam satu hari, ia menghabiskan waktu enam sampai tujuh jam untuk bermain game daring.
“Kalau Senin sampai Jumat mungkin cumna 6 jam atau 7 jam. Kalau hari libur, bisa 12 jam. Hobi aja, karena suka ada strateginya. Enggak terlalu mengganggu sih karena kalau udah selesai main langsung belajar buat cari materi untuk belajar,” ucap tri.
Bahkan, Psikolog Klinis Anak dan Remaja, Mischa Indah Mariska menegaskan, jika para orang tua harus sering berkomunikasi dengan anak yang hobi bermain game daring. Hal itu agar para orang tua tidak lepas kontrol terhadap anak terutama usia belia ketika bermain gim daring.
“Baiknya orang tua dan anak itu berkomunikasi. Orang bisa memantau sejauh mana anak ini main gim,” tegas Mischa.
Dalam memantau anak, para orang tua harus mengetahui game daring apa sedang mereka mainkan. Sehingga, pemilihan game daring dan waktu bermain dikontrol oleh orang tua.
“Kalau berlebih, sudah pasti bisa menimbulkan adiksi. Pengaruhnya langsung ke emosi kalau terlalu lama bermain. Misalkan, kalah terus, secara psikis sudah pasti kelelahan. Akhirnya memunculkan gangguan emosi dan perilaku,” tuturnya.
“Misalkan, 2 jam sehari, itu enggak bisa 2 jam dalam sekali main. Itu dibagi jadi dua kali, sejam di pagi hari, sejam lagi di sore. Makin besar nanti sebetulnya anak tuh udah bisa kita ajak diskusi,” tegasnya.